English

Kekerasan Berbasis Gender Online

Internet telah mentransformasi kemampuan kita dalam mendapatkan informasi, berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapkan pandangan, membagi pengalaman dan terlibat dalam pembicaraan tentang topik apa pun yang kita pilih. Teknologi telah memungkinkan kita menjangkau audiens yang luas secara langsung, atau hanya beberapa orang atau kelompok kecil. Sebagai gantinya, aksesibilitas dan kebebasan berekspresi memainkan peran utama dalam mendorong berbagai hak asasi manusia.

Tetapi, sifat internet yang terbuka dan relatif tidak diatur telah menyebabkan kekerasan online tingkat tinggi, dengan wanita, anak perempuan, dan kelompok minoritas seksual yang menjadi target secara tidak seimbang.

Risiko

Kekerasan daring yang dialami oleh wanita, anak perempuan, dan komunitas SOGI (Sexual Orientation and Gender Identity) atau Orientasi Seksual dan Identitas Gender mencakup:

  • Ancaman kekerasan seksual secara fisik dan kekerasan lainnya
  • Pelecehan seksual atau pelecehan lainnya
  • Penguntitan siber
  • Trolling seksual dan gender
  • Sexting
  • Publikasi gambar, video atau klip audio intim tanpa persetujuan
  • Pengaksesan data pribadi melalui peretasan
  • Pembuatan dan penyebaran berita palsu tentang individu yang disasar
  • Percobaan pemerasan baik yang sekedar coba-coba maupun yang berhasil
  • Doxxing (mengakses informasi pribadi seseorang dan membaginya di dunia maya)
  • Zoombombing (gambar porno ditampilkan selama panggilan telepon atau rapat oleh pihak yang tidak diundang)

Semua bentuk kekerasan di atas dapat dan memang menyebabkan konsekuensi serius dan benar-benar tidak dapat diterima oleh korban, mulai dari rasa malu, hingga yang terburuk, kehilangan harga diri dan trauma mental parah yang menyebabkan isolasi, menyakiti diri sendiri dan bahkan bunuh diri. Yang terutama, korban juga seringkali berhenti menggunakan internet, sehingga tidak hanya mereka kehilangan akses manfaat internet tapi juga rasa pemberdayaan dan akses ke hak asasi manusia.

Hal ini bisa diperburuk lagi oleh fakta bahwa seringkali, korban kekerasan online menjadi target yang disalahkan, hanya karena pandangan mereka, perilaku pribadi atau fakta bahwa mereka telah mencoba untuk membela atau melawan perlakuan buruk terhadap diri mereka.

Kekerasan berbasis gender online dapat berbentuk seperti insiden tunggal atau yang lebih mungkin, kampanye yang ditargetkan dan persisten. Kekerasan ini mungkin hanya terbatas pada kanal online seperti email, SMS, pengiriman pesan langsung, media sosial atau situs web, atau dilakukan bersamaan dengan versi ‘dunia nyata’ dalam bentuk kekerasan yang sama. Perbedaan utama antara keduanya adalah karena sifat viral internet, pelaku dapat menyebarkan kekerasan ini secara luas.

Bukan hanya mereka yang memulai kekerasan yang disalahkan atas bahaya yang telah ditimbulkan, tapi juga mereka yang bergabung yang secara langsung menargetkan korban, maupun menyebarkannya melalui kanal mereka sendiri, termasuk melalui penyebaran lisan dalam komunitas mereka sendiri (kadangkala mereka tidak menyadari peran mereka dalam rantai ini).

Insiden kekerasan berbasis gender online telah meningkat secara subtansial sejak wabah pandemi COVID-19. Sayangnya, peningkatan kesulitan ekonomi, pergerakan terbatas, isolasi sosial, dan masalah kesehatan mental belakangan ini telah menciptakan kondisi yang ideal untuk pelaku.

Apa yang harus dilakukan jika Anda menjadi target kekerasan berbasis gender

  • Harap bicara dengan anggota keluarga, teman, kolega atau tenaga pendidik yang Anda percaya tidak akan menghakimi Anda atau menyebarkan atau melaporkan kekhawatiran Anda ke komunitas yang lebih luas.
  • Laporkan insiden ke otoritas yang tepat.
  • Jangan merespons atau memberikan reaksi kepada pelaku atau mereka yang bertanggung jawab atas penyebaran kekerasan, karena tindakan ini hanya akan memancing insiden lebih lanjut termasuk intimidasi langsung.
  • Blokir pelaku dan mereka yang menyebarkan kekerasan.
  • Jika kekerasan terjadi dalam bentuk konten intim yang dibagi di dunia maya, laporkan ke situs web atau platform media sosial terkait, minta konten tersebut dihapus dan pelakunya diblokir. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut di https://awaskbgo.id/nciiatau minta bantuan di https://awaskbgo.id/layanan  
  • Laporkan ancaman bahaya fisik, pemerasan, penguntitan, peretasan, atau pembagian konten pribadi ke Polisi. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut, termasuk hak legal Anda di https://awaskbgo.id/ncii2 
  • JikaAnda menjadi trauma karena kekerasan berbasis gender online, Anda dapat mencari bantuan psikologis profesional. Anda dapat menemukan daftar sumber di http://carilayanan.com. Dan juga terdapat sejumlah komunitas bantuan yang relevan di platform media sosial, tapi pastikan yang Anda ikuti adalah komunitas yang benar.

Jika Anda tergoda untuk menargetkan seseorang dengan bentuk perlakuan kejam mana pun di atas, baik yang dimulai oleh Anda sendiri atau orang lain, pikirkan lagi, pertimbangkan efeknya pada korban yang disasar, dan Anda mungkin juga melakukan tindakan kriminal. Hal yang sama berlaku dalam meneruskan atau membagi jenis konten seperti ini kepada orang lain, baik online ataupun offline.

Lihat Juga…